Ketika Hujan Turun...
Emosi saya naik.
Mendadak, saya lebih mengidolakan Pawang Hujan ketimbang Einstein.
Dan memuja ilmuwan yang berhasil menciptakan molekul air tanpa Hidrogen dan Oksigen.
Jadwal saya berantakan.
Dia berhasil memangkiri janji dan mengkambinghitamkan hujan.
Parahnya, kini saya tertahan di halte tua yang kesepian.
BLAR!!!
Petir memotret keterkejutan kami.
Oh, saya tidak sendiri.
Ada kamu juga di antara mereka.
Meredamkan emosi.
Lantas kita berupaya membunuh waktu, membicarakan banyak hal.
Hujan mengubah kita menjadi manusia hangat.
Saya menyesal menyia-nyiakan banyak kesempatan selama di kampus (KULIAH AJA BELON